LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA REAKSI PEMBENTUKAN / PERUBAHAN WARNA

Posted by Unknown Kamis, 17 Januari 2013 0 komentar
Bagikan Artikel Ini :


LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
REAKSI PEMBENTUKAN / PERUBAHAN WARNA
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas praktikum Kimia





Disusun oleh:
Ilham Maulana
1111E1003
D3 Analis Kesehataan (A)



SEKOLAH TINGGI ANALIS BAKTI ASIH 
BANDUNG
2011/2012

1.      Hari / Tanggal           :           Jum’at, 21 Oktober 2011
2.      Judul                          :           Reaksi Pembentukan/ Perubahan Warna
3.      Tujuan                       :           Untuk mengetahui perubahan warna yang terjadi didalam 
larutan       
4.      Prinsip Dasar             :           Reaksi Kimia
5.      Teori Dasar                :          

       I.            Pengertian Senyawa Kompleks

Titrasi kompleksometri adalah salah satu metode kuantitatif dengan memanfaatkan reaksi kompleks antara ligan dengan ion logam utamanya, yang umum di indonesia EDTA ( disodium ethylendiamintetraasetat/ tritiplex/ komplekson, dll ). Titrasi kompleksometri ini ada 3 macam, yaitu langsung, tidak langsung, dan substitusi. tergantung sifat zat yang akan ditentukan, misalnya calcium, maka indikator yang dipakai, pH dll akan berbeda, dalam titrasi kompleksometri juga. Titrasi kompleksometri meliputi reaksi pembentukan ion – ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Syaratnya mempunyai kelarutan tinggi.
Contohnya : kompleks logam dengan EDTA dan titrasi dengan merkuro nitrat dan perak sianida.
Reaksi pengkompleksan dengan suatu ion logam, melibatkan penggantian satu molekul pelarut atau lebih yang terkoordinasi, dengan gugus-gugus nukleofilik lain. Gugus-gugus yang terikat pada ion pusat, disebut ligan, dan dalam larutan air, reaksi dapat dinyatakan oleh persamaan:
              M(H2O)n + L = M (H2O)(n-1) L + H2O
Disini ligan (L) dapat berupa sebuah molekul netral atau sebuah ion bermuatan, dengan penggantian molekul-molekul air berturut-turut selanjutnya dapat terjadi, sampai terbentuk kompleks MLnadalah bilangan koordinasi dari logam itu, dan menyatakan jumlah maksimum ligan monodentat yang dapat terikat padanya.
              Ligan dapat dengan baik diklassifikasikan atas dasar banyaknya titik-lekat kepada ion logam. Begitulah, ligan-ligan sederhana, seperti ion-ion halida atau molekul-molekul H2O atau NH3, adalah monodentat,  yaitu ligan itu terikat pada ion logam hanya pada satu titik oleh penyumbangan satu pasanagan-elektron-menyendiri kepada logam. Namun, bila molekul atau ion ligan itu mempunyai dua atom, yang masing-masing mempunyai satu pasangan elektron menyendiri, maka molekul itu mempunyai dua atom-penyumbang, dan adalah mungkin untuk membentuk dua ikatan-koordinasi dengan ion logam yang sama; ligan seperti ini disebut bidentat dan sebagai contohnya dapatlah diperhatikan kompleks tris(etilenadiamina) kobalt(III), [Co(en)3]3+. Dalam kompleks oktahedral berkoordinat-6 (dari) kobalt(III), setiap molekul etilenadiamina bidentat terikat pada ion logam itu melalui pasangan elktron menyendiri dari kedua ataom nitrogennya. Ini menghasilkan terbentuknya tiga cincin beranggota-5, yang masing-masing meliputi ion logam itu; proses pembentukan cincin ini disebut penyepitan (pembentukan sepit atau kelat).
              Ligan multidentat mengandung lebih dari dua atom-koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asam etilenadiaminatetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen-penyumbang dan empat atom oksigen-penyumbang dalam molekul, dapat merupakan heksadentat.
              Spesi-spesi yang lompleks itu tak mengandung lebih dari satu ion logam, tetapi pada kondisi-kondisi yang sesuai, suatu kompleks binuklir, yaitu kompleks yang mengandung dua ion logam, atau bahkan suatu komleks polinuklir, yang mengansung lebih dari dua ion logam, dapat terbentuk. Begitulah, interaksi antar ion Zn2+ dan Cl- dapat menimbulkan pembentukan kompleks binuklir, misalnya [Zn2Cl6]2- disamping spesi seederhana seperti ZnCl3- dan ZnCl42-. Pembentukan kompleks binuklir dan polinuklir jelas akan lebih diuntungkan oleh konsentrasi yang tinggi ion logam itu; jika yang terakhir ini berada sebagai konstitusi runutan dari larutan, kompleks-kompleks polinuklir sangat kecil kemungkinannya akan terbentuk.
    II.            Redoks
Redoks (singkatan dari reaksi reduksi/oksidasi) adalah istilah yang menjelaskan berubahnya bilangan oksidasi (keadaan oksidasi) atom-atom dalam sebuah reaksi kimia.
Hal ini dapat berupa proses redoks yang sederhana seperti oksidasi karbon yang menghasilkan karbon dioksida, atau reduksi karbon oleh hidrogen menghasilkan metana(CH4), ataupun ia dapat berupa proses yang kompleks seperti oksidasi gula pada tubuh manusia melalui rentetan transfer elektron yang rumit.
Istilah redoks berasal dari dua konsep, yaitu reduksi dan oksidasi. Ia dapat dijelaskan dengan mudah sebagai berikut:
Walaupun cukup tepat untuk digunakan dalam berbagai tujuan, penjelasan di atas tidaklah persis benar. Oksidasi dan reduksi tepatnya merujuk pada perubahan bilangan oksidasi karena transfer elektron yang sebenarnya tidak akan selalu terjadi. Sehingga oksidasi lebih baik didefinisikan sebagai peningkatan bilangan oksidasi, dan reduksi sebagai penurunan bilangan oksidasi. Dalam prakteknya, transfer elektron akan selalu mengubah bilangan oksidasi, namun terdapat banyak reaksi yang diklasifikasikan sebagai "redoks" walaupun tidak ada transfer elektron dalam reaksi tersebut (misalnya yang melibatkan ikatan kovalen).







 III.            Asam
Asam itu asal ya dari bahasa latin, yaitu denfan ktaacidus yang artinya masam. Asam menurut Arrhenius adalah senyawa yang menghasilkan ion hidrogen ketika larut dalam pelarut air. Kekuatan asam ditentukan oleh banyak-sedikitnya ion hidrogen yang dihasilkan. Semakin banyak ion H+ yang dihasilkan, semakin kuat sifat asamnya.
1.      Sifat asam

Suatu zat dapat dikatakan asam apabila zat tersebut memiliki sifat-sifat sebagai berikut.
a.    Memiliki rasa asam/masam/kecut jika dikecap.
b.    Menghasilkan ion H+ jika dilarutkan dalam air.
c.    Memiliki pH kurang dari 7 (pH < 7).
d.    Bersifat korosif, artinya dapat menyebabkan karat pada logam.
e.    Jika diuji dengan kertas lakmus, mengakibatkan perubahan warna sebagai
berikut.

2.      Pengelompokan asam

Berdasarkan kekuatannya, asam itu terbagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a.    Asam kuat, yaitu asam yang banyak menghasilkan ion yang ada dalam larutannya (asam yang terionisasi sempurna dalam larutannya).
b.    Asam lemah, adalah asam yang sedikit menghasilkan ion yang ada dalam larutannya (hanya terionisasi sebagian).

3.      Karakteristik basa
Suatu zat dapat dikatakan basa jika zat tersebut punya sifat sebagai berikut.
a.    Rasanya itu Pahit dan terasa licin pada kulit.
b.    Apabila dilarutkan dalam air zat tersebut akan akan menghasilkan ion OH”.
c.    Memiliki pH di atas 7 (pH > 7).
d.    Bersifat elektrolit.
e.    Jika diuji menggunakan kertas lakmus akan memberikan hasil sebagai berikut.


  IV.            Basa

Basa kalu menurut Arrhenius ialah senyawa yang terlarut dalam air yang sudah menghasilkan ion hidroksida (OH). Semakin banyaknya jumlah ion OH yang dihasilkan, maka semakin kuat lah sifat basanya. Basa juga dapat menetralisasikan  asam (H+) dan menghasilkan air (H20)

a)      Pengelompokan basa
Berdasarkan kemampuan melepaskan ion OH”, basa dapat terbagi menjadi 2 yaitu :
a.    Basa kuat, yaitu basa yang bisa menghasilkan ion OH dalam jumlah yang besar. Basa kuat biasanya disebut dengan istilah kausatik. Contohnya kayak Natrium hidroksida, Kalium hidroksida, dan Kalsium hidroksida.
b.    Sedangkan Basa lemah, yaitu basa yang bisa menghasilkan ion OH” dalam jumlah kecil.Contohnya kayak ammonia.






     V.            Garam
Garam ialah zat senyawa yang telah disusun oleh ion positif (anion) basa dan ion negatif (kation) asam. Jika asam dan basa tepat habis bereaksi maka reaksinya disebut reaksi penetralan (reaksi netralisasi)
karakteristik dari garam.
1.    Memiliki titik lebur yang tinggi.
2.    Merupakan senyawa ionik dengan ikatan kuat.
3.    Dalam bentuk leburan atau larutan dapat menghantarkan listrik.
4.    Sifat larutannya dapat berupa asam, basa, atau netral. Sifat ini tergantung dari jenis asam/basa kuat pembentuknya.
Secara umum, proses pembentukan garam dirumuskan sebagai berikut.
Asam + Basa                           Garam + Air


6.      Data Pengamatan      :

a.       Alat:
·         Pipet tetes
·         Tabung reaksi
·         Rak tabung
·         Botol penyemprot Aquadest



b.      Bahan:


·         Larutan Fe2(SO4)/ Fe3+
·         Larutan KCNS            
·         Larutan K4Fe(CN)6   
·         Larutan K2CrO4          
·         Larutan H2SO4         
·         Larutan I2
·         Larutan Na2S2O3
·         Larutan KI
·         Larutan CuSO4








·         Larutan KMnO4
·         Larutan H2SO4
·         Larutan (NH4)2C2O4
·         Larutan FeSO/ Fe2+
·         Larutan K2Cr2O7
·         Larutan KIO3
·         Larutan MnSO4
·         Larutan K2SO4
·         Larutan K3Fe(CN)6




c.       Cara kerja:
·         Tabung reaksi disiapakn untuk masing-masing pereaksi yang sudah di bersihkan dengan aquadest lalu keringkan.
·         Lihat warna larutan yang akan dimasukkan kedalam tabung reaksi.
·         5 tetes pereaksi di masukan kedalam masing-masing tabung reaksi.
·         Tetesi masing-masing tabung yang sudah diberi pereaksi 5 tetes dengan  larutan yang sudah disiapkan.
·         Masing-masing tabung amati, apakah berubah warna.
·         Catat hasil pengamatan.



d.      Hasil pengamatan:

a.       Fe2(SO4)3  / Fe3+  direaksikan dengan KCNS
Kuning                                         Tidak ada warna Merah darah
b.      Fe2(SO4)direaksikan dengan K4Fe(CN)6
Kuning                                         Kuning                        Biru hijau
c.       K2CrO4 direaksikan dengan H2SO4
Kuning                                         tidak ada warna   orange
d.      I2 direaksikan dengan Na2S2O3
Kuning                             tidak ada warna Tidak ada warna
e.       KI direaksikan dengan CuSO4
Tidak ada warna              Biru    Putih kecoklatan
f.       KMnO4 + H2SO4 direaksikan dengan (NH4)2C2O4
Ungu + Tidak ada warna                         Tidak ada warna Tidak ada warna
g.      KMnO4 + H2SO4 direaksikan dengan FeSO4
Ungu + Tdak ada warna                          Hijau Kuning
h.      K2Cr2O7 + H2SOdireaksikan dengan FeSO4
Kuning + Tidak ada warna                      Hijau Kuning
i.        KIO3 + H2SOdireaksikan dengan KI
Tidak ada warna + Tidak ada warna  Cokelat
j.        FeSOdireaksikan dengan K3Fe(CN)6
Hijau                                Orange  Biru pekat



7.      Reaksi                  :
a.       Fe3+(SO4)3                                              2Fe3+ + 3SO42-
Fe3+ + 6KSCN                                                Fe(SCN)63- + 6K+
Kuning + Tidak ada warna          Merah darah

b.      Fe3+ + K4Fe(CN)6                         KFe[Fe(CN)6] + 3K+
Kuning + Kuning                         Biru hijau

c.       2K2CrO4 + H2SO4                              K2Cr2O+ H2O + K2SO4
Kuning + Tidak ada warna          Orange

d.      I+ 2Na2S2O3                               2NaI + Na2S4O6
Kuning + Tidak ada warna          Tidak ada warna + Tidak ada warna

e.       4KI + 2CuSO4                             2CuI + I+ 2K2SO4
Tidak ada warna + Biru               Putih + Cokelat + Tidak ada warna

f.       2KMnO4 + 8H2SO4 + 5(NH4)2C2O 2MnSO4 + 10CO+ 5(NH4)2SO4 + K2SO4
Ungu + Tidak ada warna + Tidak ada warna   Tidak ada warna

g.      2KMnO4 + 8H2SO4 + 10FeSO4   2MnSO4 + 5Fe2(SO4)3 + 8H2O + K2SO4
Ungu + Tidak ada warna + Hijau    Kuning

h.      K2Cr2O7 + H2SO+ FeSO4    Cr2(SO4)3 +Fe2(SO4)3 + H2O + K2SO4
Orange + Tidak ada warna + Hijau    Hijau + Kuning

i.        2KIO3 +  6H2SO+ 10 KI                           6I2 + K2SO4 + 6H2O
Tidak Ada warna                                         cokelat

j.        FeSO+ K3Fe(CN)6                     KFe[Fe(CN)6] + K2SO4
Hijau + Orange                           Biru pekat


8.      Kesimpulan         :

Reaksi kimia dikatakan atau berlangsung apabila salah satu hal berikut harus teramati yaitu reaksi tersebut menghasilkan:
·         gas,
·         endapan,
·         perubahan suhu dan
·         perubahan warna.

Berdasarkan percobaan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa tidak semua larutan logam maupun non logam diatas bila dicampurkan dengan larutan lainnya mengalami reaksi kimia atau perubahan warna. 


TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA REAKSI PEMBENTUKAN / PERUBAHAN WARNA
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://ilhammaulana24.blogspot.com/2013/01/laporan-praktikum-kimia-reaksi_17.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

0 komentar:

Posting Komentar

TEKNIK MENIMBANG DAN MELARUTKAN ZAT KIMIA

Assalammu'alaikum,,, hai sahabatku yang baik hatinya...
:)
Saya mau sedikit share nih tentang Teknik Menimbang dan Melarutkan Zat Kimia....
Dimulai dari alat-alat apa aja yang harus disiapkan, sampai penghomogenannya didalam labu ukur,,
Untuk sahabat yang penasaran dan mau tau gimana caranya, silahkan putar video dibawah ini..!!!
semoga bermanfaat yah....
Trik SEO Terbaru support Online Shop Baju Wanita || Digital Areas - Original design by Bamz | Copyright of Belajar jadi Analis Handal.