Mikroflora Normal pada Manusia
Rabu, 03 April 2013
2
komentar
Flora Normal
Tubuh Manusia
1. Pengertian Flora Normal Tubuh Manusia (Mikrobiota)
Manusia secara konstan berhubungan
dengan beribu-ribu mikroorganisme. Mikrobe tidak hanya terdapat dilingkungan,
tetapi juga menghuni tubuh manusia. Mikrobe yang secara alamiah menghuni tubuh
manusia disebut flora normal, atau mikrobiota.
Selain itu juga disebutkan bahwa,
flora normal adalah kumpulan mikroorganisme yang secara alami terdapat pada
tubuh manusia normal dan sehat. Kebanyakan flora normal yang terdapat pada
tubuh manusia adalah dari jenis bakteri. Namunbeberapa virus, jamur, dan protozoa jugadapatditemukanpada orang
sehat.
2. Asal Mula Mikrobiota Manusia
Pada
keadaan alamiah, janin manusia mula-mula memperoleh mikroorganisme ketika lewat
sepanjang saluran lahir. Jasad-jasad renik itu diperolehnya melalui kontak
permukaan, penelanan atau penghisapan. Mikrobe-mikrobe ini segera disertai oleh
mikrobe-mikrobe lain dari banyak sumber yang langsung berada di sekeliling bayi
yang baru lahir tersebut. Mikroorganisme yang menemukan lingkungan yang sesuai,
pada permukaan luar atau dalam tubuh, dengan cepat berbiak dan menetap.
Jadi di dalam waktu beberapa jam
setelah lahir, bayi memperoleh flora mikrobe yang akan menjadi mikrobiota yang
asli. Setiap bagian tubuh manusia, dengan kondisi lingkungan yang khusus,
dihuni berbagai macam mikroorganisme tertentu. Sebagai contoh, di rongga mulut
berkembang populasi mikrobe alamiah yang berbeda dengan yang ada di usus. Dalam
waktu singkat, bergantung kepada faktor-faktor seperti berapa seringnya
dibersihkan, nutrisinya, penerapan prinsip-prinsip kesehatan, serta kondisi
hidup, maka anak tersebut akan mempunyai mikrobiota normal yang macamnya sama
seperti yang ada pada orang dewasa.
3. Penggolongan Flora Normal Tubuh Manusia
Flora normal tubuh manusia
berdasarkan bentuk dan sifat kehadirannya dapat digolongkan menjadi 2 jenis,
yaitu :
1. Mikroorganisme
tetap/normal (resident flora/indigenous)
yaitu mikroorganisme jenis tertentu
yang biasanya ditemukan pada bagian tubuh tertentu dan pada usia tertentu.
Keberadaan mikroorganismenya akan selalu tetap, baik jenis ataupun jumlahnya,
jika ada perubahan akan kembali seperti semula. Flora normal yang lainnya
bersifat mutualisme. Flora normal ini akan mendapatkan makanan dari sekresi dan
produk-produk buangan tubuh manusia, dan tubuh memperoleh vitamin atau zat
hasil sintesis dari flora normal. Mikroorganisme ini umumnya dapat lebih
bertahan pada kondisi burukdarilingkungannya.
Contohnya : Streptococcus viridans, S. faecalis, Pityrosporum ovale, Candida albicans.
Contohnya : Streptococcus viridans, S. faecalis, Pityrosporum ovale, Candida albicans.
2. Mikroorganisme
sementara (transient flora)
yaitu mikroorganisme nonpatogen atau
potensial patogen yang berada di kulit dan selaput lendir/mukosa selama kurun
waktu beberapa jam, hari, atau minggu. Keberadaan mikroorganisme ini ada secara
tiba-tiba (tidak tetap) dapat disebabkan oleh pengaruh lingkungan, tidak
menimbulkan penyakit dan tidak menetap. Flora sementara biasanya sedikit
asalkan flora tetap masih utuh, jika flora tetap berubah, maka flora normal
akan melakukan kolonisasi, berbiak dan menimbulkan penyakit.
Contohnya : Escherichia
coli, Salmonella sp, Shigella sp, Clostridium
perfringens, Giardia lamblia, virus Norwalk dan virus hepatitis A.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kehadiran flora normal pada tubuh manusia adalah
1. Nutrisi
2. kebersihan
seseorang (berapa seringnya dibersihkan)
3. kondisi
hidup
4. penerapan
prinsip-prinsip kesehatan
Flora
normal biasanya ditemukan di bagian-bagian tubuh manusia yang kontak langsung
dengan lingkungan misalnya kulit, hidung, mulut, usus, saluran urogenital,
mata, dan telinga.
1. Kulit
Add caption |
Kulit secara konstan berhubungan dengan bakteri dari udara atau dari
benda-benda, tetapi kebanyakan bakteri ini tidak tumbuh pada
kulit karena kulit tidak sesuai untuk pertumbuhannya
(Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-DasarMikrobiologi,2008:548). Kulit manusia terlihat lebih mudah pecah atau rusak bila dibandingkan
dengan kulit hewan, seperti badak, gajah, dan kura -kura.
Namun kulit manusia memiliki sifat sebagai pertahanan (barier) yang sangat
efektif terhadap infeksi. Dalam kenyataanya, tidak ada bakteri yang dapat
menembus kulit utuh yang ³telanjang´ tanpa pelindung. (universitasmuhammadiyahyogyakarta.ac.id).
Kulit bersifat sedikit asam dengan pH 5 % dan memiliki temperatur kurang dari
37°C. Lapisan sel-sel yang mati akan membuat permukaan kulit secara konstan
berganti sehingga bakteri yang berada dibawah permukaan kulit tersebut akan
juga dengan konstan terbuang dengan sel mati. Lubang -lubang alami yang
terdapat di kulit, seperti pori-pori, folikel rambut, atau
kelenjar keringat memberikan suatu lingkungan yang
mendukung pertumbuhan bakteri. Namun lubang -lubang tersebut secara alami
dilindungi oleh lisozim (enzim yang dapat merusak peptidoglikan bakteri yang
merupakan unsur utama pembentuk dinding sel bakteri gram positif) dan lipida
toksik.
Pelindung lain
terhadap kolonialisasi kulit oleh bakteri patogen adalah mikroflora normal kulit. Mikroflora tersebut merupakan suatu kumpulan dari bakteri
nonpatogen yang normal berkolonisasi pada setiap area kulit yang mampu mendukung
pertumbuhan bakteri. Bakteri patogen yang akan menginfeksi kulit harus mampu
bersaing dengan mikroflora normal yang ada untuk mendapatkan tempat kolonisasi
serta nutrien untuk tumbuh dan berkembang. Mikroflora normal kulit terutama
terdiri dari bakteri gram positif. Tetapi bakteri gram negatif sepertiEscherichia
coli yang habitatnya ada di dalam usus manusia, juga bisa
terdapat pada kulit manusia karena adanya kontaminasi kotoran manusia.
Walaupun ada
pertahanan tersebut di atas, beberapa bakteri patogen dapat berkolonisasi
sementara pada kulit dan dapat mengambil manfaat dari luka yang ada pada
permukaan kulit untuk memperoleh jalan masuk ke jaringan yang ada di bawah kulit. Di bawah kulit, mereka akan menghadapi sejumlah sel yang telah
terspesifikasi yang disebut dengan skin -associated lymphoid tissue (SALT).
Fungsi SALT adalah mencegah bakteri patogen tidak sampai ke area yang lebih
jauh di bawah kulit dan mencegah mereka tidak sampai ke aliran darah. Relatif
sedikit yang diketahui tentang sel -sel yang menyusun SALT. Salah satu tipe
selnya adalah sel yang memaparkan antigen yang
terspesialisasi yang membantu tipe sel yang lain, specialized skin- seeking
lymphocyte, untuk memproduksi antibodi. Sel -sel limfosit tersebut juga
memproduksi sitokin, protein yang merangsang sel -sel dari sistem imun dan
memiliki sejumlah efek lain. Komponen SALT yang lain adalah keratinosit yang
banyak terdapat pada lapisan epidemis dan bertanggung jawab untuk memelihara
lingkungan mikrokulit yang bersifat asam. Keratinosit memproduksi sitokin dan juga mampu untuk ingesti dan membunuh bakteri.
Pentingnya
pertahanan kulit ini diilustrasikan paling baik dengan pengaruh luka bakar yang parah, yang akan mengeliminasi semua bentuk pertahanan kulit
termasuk SALT. Seseorang yang mengalami luka bakar tingkat dua dan tiga yang
ekstensif dan orang yang bertahan hidup dari trauma inisial yang berhubungan
dengan luka bakar masih belum terbebas dari bahaya. Banyak korban luka bakar
mati karena infeksi bakterial yang terjadi sebelum kulit terbakar mengalami penyembuhan. Hilangnya pertahanan kulit dan tereksposnya lapisan jaringan
di bawah kulit yang basah dan kaya nutrien merupakan hal yang ideal untuk
kolonisasi bakteri pada area yang terbakar. Penyebab yang
paling umum pada infeksi kulit yang terbakar adalah Pseudomonas aeruginosa danStaphylococcus aureus, dua spesies bakteri yang
terdapat di mana-mana pada lingkungan rumah sakit. Kedua spesies juga dikenal resisten terhadap antibiotik. Antibiotik paling
efektif bila aksi antibakterial mereka didukung
dengan aktivitas pembunuhan oleh sistem imun. Efek kombinasi dari kerusakan
SALT dan resistensi alami bakteri telah membuat infeksi luka bakar sulit untuk
ditangani dengan efektif. Infeksi tersebut merupakan suatu penyebab utama kematian di antara penderita luka bakar. Bahkan, bila tidak
bersifat fatal, infeksi bakterial pada jaringan yang
terbakar meningkatkan jumlah kerusakan jaringan dan mencegah penyembuhan area kulit yang terbakar.
Pada umumnya
beberapa bakteri yang ada pada kulit tidak mampu bertahan hidup lama karena
kulit mengeluarkan substansi bakterisida. Sebagai contoh, kelenjar keringat
mengekskresikan lisozim, suatu enzim yang dapat menghancurkan dinding sel
bakteri. Kelenjar lemak mengekskresikan lipid yang kompleks, yang mungkin
diuraikan sebagian oleh beberapa bakteri; asam-asam lemak yang dihasilkannya
sangat beracun bagi bakteri-bakteri lain.
Kebanyakan
bakteri kulit di jumpai pada epitelium yang seakan-akan bersisik (lapisan luar
epidermis), membentuk koloni pada permukaan sel -sel mati. Kebanyakan bakteri
ini adalah spesiesStaphylococcusdan
sianobakteri aerobik, atau difteroid. Jauh di dalam kelenjar lemak dijumpai
bakteri-bakteri anaerobik lipofilik, sepertiPropionibacterium acnes, penyebab jerawat. Jumlahnya tidak dipengaruhi oleh pencucian. Timbulnya
organisme ini diperlihatkan pada Tabel 1 ; Gambar 6 Melukiskan morfologi dan
sifat-sifat mikroorganisme yang predominan di dalam mikrobiota. Staphylococcus epidermidis yang bersifat nonpatogen pada
kulit namun dapatmenimbulkan penyakit saat mencapai tempat -tempat tertentu
seperti katup jantung buatan dan sendi prostetik (sendi
buatan). Bakteri ini lebih sering ditemui pada kulit dibandingkan dengan kerabatnya yang bersifat patogen yaituStaphylococcus aureus. Secara keseluruhan ada sekitar 103-104mikroorganisme/cm2 yang kebanyakan terletak pada stratum (lapisan)
korneum.
Faktor-faktor
yang berperan menghilangkan flora sementara pada kulit adalah pH rendah, asam
lemak pada sekresi sebasea dan adanya lisozim. Berkeringat yang berlebihan atau
pencucian dan mandi tidak menghilangkan atau mengubah secara signifikan flora
tetap. Jumlah mikroorganisme permukaan mungkin berkurang dengan menggosok
secara kuat setiap hari dengan sabun yang mengandung heksakloforen atau desinfektan
lain, namun flora secara cepat muncul kembali dari kelenjar sebasea dan
keringat, meskipun tidak ada hubungan secara total terhadap kulit bagian lain maupun lingkungan. Penggunaan tutup rapat pada kulit
cenderung menyebabkan populasi mikrobiota secara
keseluruhan sangat menin gkat dan dapat menimbulkan perubahan kualitatif flora
kulit.
Bakteri anaerob
dan aerob sering bersama-sama menyebabkan infeksi sinergistik (gangrene, fasciitis nekrotik =necrotizing
fasciitis), selulitis dari kulit dan jaringan lunak. Bakteri-bakteri tersebut merupakan bagian dari flora normal. Sering
sulit menentukan suatu organisme yang spesifik bertanggungjawab terhadap lesi
progresif, karena terdapat banyak organisme yang berperan.
2. Hidung dan Nasofaring
(nasopharynx)
Add caption |
Flora utama hidung terdiri dari korinebakteria, stafilokokus dan streptokokus (Jawetz, Melnick, dan Adelbergs, Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology), 2005: 280). Dalam hulu kerongkongan hidung, dapat
juga dijumpai bakteri Branhamellacatarrhalis (suatu kokus gram negatif) dan Haemophilus influenzae(suatu batanggram negatif).
Pemusnahan
flora normal faring dengan penisilin dosis tinggi dapat menyebabkan over growth: bakteria negatif Gram seperti Escherichia coli, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas
atau jamur.
3. Mulut
Add caption |
Kelembapan yang paling tinggi, adanya makanan terlarut secara konstan dan
juga partikel-partikel kecil makanan membuat mulut merupakan lingkungan ideal
bagi pertumbuhan bakteri. Mikrobiota mulut atau rongga mulut sangat beragam;
banyak bergantung pada kesehatan pribadi masing -masing individu. (Michael J.
Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 549).
Diperolehnya
mikrobiota mulut. Pada waktu lahir, rongga mulut pada hakikatnya merupakan
suatu inkubator yang steril, hangat, dan lembap yang mengandung sebagai substansi nutrisi. Air liur terdiri dari air, asam amino, protein,
lipid, karbohidrat, dan senyawa-senyawa anorganik. Jadi, air liur merupakan medium
yang kaya serta kompleks yang dapat dipergunakan sebagai sumber nutrien bagi
mikrobe pada berbagai situs di dalam mulut. (Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 549-550).
Beberapa jam
sesudah lahir, terdapat peningkatan jumlah mikroorganisme sedemikian sehingga
di dalam waktu beberapa hari spesies bakteri yang khas bagi rongga mulut menjadi mantap. Jasad-jasad renik ini tergolong ke dalam genus
Streptococcus, Neisseria, Veillonella, Actinomyces,da n Lactobacillus. (Michael J.Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan,Dasar-Dasar
Mirobiologi, 2008: 551).
Jumlah dan
macam spesies ada hubungannya dengan nutrisi bayi serta hubungan antara bayi
tersebut dengan bayinya, pengasuhnya, dan benda-benda seperti handuk serta
botol-botol susunya. Spesies satu-satunya yang selalu diperoleh dari rongga mulut, bahkan sedini hari kedua setelah air, ialah Streptococcus.
Sampai
munculnya gigi, kebanyakan mikroorganisme di dalam mulut adalah aerob atau anaerob fakultatif. Ketika gigi pertama muncul, anaerob obligat
seperti Bacteroides dan bakteri fusiform (Fusiobacterium sp.), menjadi lebih
jelas karena jaringan di sekitar gigi
menyediakan lingkungan anae robik. (Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 552)
Gigi itu
sendiri merupakan tempat bagi menempelnya mikrobe. Ada dua spesies bakteri yang
dijumpai berasosiasi dengan permukaan gigi: Streptococcus sanguis dan S. mutans (penyebab) utama kerusakan gigi, atau pembusuk
gigi. Tertahannya kedua spesies ini pada permukaan gigi merupakan akibat sifat
adhesif baik dari glikoprotein liur maupun
polisakaride bakteri. Sifa t menempel ini sangat penting bagi kolonialisasi bakteri di dalam mulut. Glikoprotein liur mampu menyatukan bakteri -bakteri
tertentu dan mengikat mereka pada permukaan gigi.
Plak adalah
sebuah film/lapisan sel bakteri, yang berlabuh di sebuah matriks polisakarida disekresi oleh mikroorganisme. Apabila gigi tidak dibersihkan
secara teratur, plak dapat terbentuk dengan cepat dan aktivitas bakteri tertentu,
terutama Streptococcus mutans, dapat menyebabkan kerusakan gigi (rongga). Prevalensikaries berhubungan
dengan diet.(pemburumikroba.blogspot.com/2010/09/flora-normal)
Karies
merupakan suatu kerusakan gigi yang dimulai dari permukaan dan berkembang ke
arah dalam. Terjadinya karies juga tergantung pada faktor-faktor genetik,
hormonal, gizi, dan faktor lainnya. Pengendali karies gigi meliputi pembuangan
plak, pembatasan ma kanan yang mengandung sukrosa, gizi yang baik mengandung
cukup protein dan pengurangan pembentukan asam dalam mulut dengan cara
membatasi keberadaan karbohidrat dan pembersihan mulut yang sering. Pemakaian
flourida pada gigi atau peningkatan jumlah fluor p ada air mengakibatkan
peningkatan resistensi email terhadap asam. Pengendalian penyakit periodontal
memerlukan pembuangan karang gigi dan kebersihan mulut.
4. Orofaring (oropharinx)
Orofaring
(bagian belakang mulut juga dihuni sejumlah besar bakteri Staphylococcus aureus dan S. epidermidis dan juga difteroid. Tetapi kelompok bakteri terpenting yang merupakan
penghuni asli orofaring ialah streptokokus hemolitik, yang
juga dinamakan Streptokokus
viridans. Biakan yang ditumbuhkan dari orofaring juga akan memperlihatkan adanya Branchamella catarrhalis, spesies Haemophilus, serta gular-galur pneumokokus
avirulen (Streptococcus
pneumonia)
Bagian terdalam
saluran pernapasan (ranting tenggorok atau bronkiole yang lebih halus serta alveoli atau gelembung paru -paru) tidak mengandung
mikroorganisme. Hal ini disebabkan karena saluran pernapasan berlapiskan silia,
yaitu embel-embel seperti rambut, yang menyapu mikroorganisme dan bahan -bahan
lain dari bagian sebelah dalam saluran ke bagian sebelah atas untuk dibuang.
Rambut bersama dengan lendir di dalam lubang hidung itulah yang pertama-tama
membantu melindungi saluran pernapasan dengan cara menyaring bakteri dari udara
yang dihirup.
5. Perut
Isi perut yang
sehat pada praktisnya steril karena adanya asam hidroklorat di dalam sekresi
lambung. Setelah ditelannya makanan, jumlah bakteri bertambah tetapi segera
menurun kembali dengan disekresikannya getah lambung dan pH zat alir perut pun
menurun.
6. Usus Kecil
Usus kecil
bagian atas (atau usus dua belas jari) mengandung beberapa bakteri. Di antara
yang ada, sebagian besar adalah kokus dan basilus gram positif. Di dalam
jejunum atau usus halus kosong (bagian kedua usus kecil, di antara usus dua
belas jari dan ileum atau usus halus gelung) kadang kala dijumpai
spesies-spesies enterokokus, laktobasilus, dan difteroid. Khamir Candida albicans dapat juga dijumpai pada bagian
usus kecil ini. Pada bagian usus kecil yang jatuh (ileum), mikrobiota mulai
menyerupai yang dijumpai pada usus besar. Bakteri anaerobik dan enterobakteri
mulai nampak dalam jumlah besar.
7. Usus Besar
Add caption |
Di dalam tubuh manusia, kolon atau usus besar, mengandung populasi mikrobe
yang terbanyak. Telah diperkirakan bahwa jumlah mikroorganisme di dalam
spesimen tinja adalah kurang lebih 1012 organisme per gram. Basilus gram negatif anaerobik
yang ada meliputi spesies Bacteroides (B.
fragilis, B. melaninogenicus, B. oralis) dan Fusobacterium. Basilus gram positif diwakili oleh spesies-spesies Clostridium (termasukCl. P e
rfri ng en s yang mempunyai kaitan
dengank elemayuh, suatu infeksi jaringan disertai gelembung gas
dan keluar nanah). serta spesies-spesies Lactobacillus.
Flora saluran
pencernaan berperan dalam sintesis vitamin K, konversi pigmen empedu dan asam
empedu, absorpsi zat makanan serta antagonis mikroba patogen.
8. Saluran Kemih
Pada orang
sehat, ginjal, ureter (saluran dari ginjal ke kandung kemih), dan kandung kemih bebas dari mikroorganisme, namun bakteri pada umunya dijumpai pada uretra (saluran dari kandung kemih ke luar) bagian bawah baik pada pria
maupun wanita. Tetapi jumlahnya berkurang di dekat kandung kemih, agaknya
disebabkan efek antibakterial yang dilancarkan oleh selaput
lendir uretra dan seringnya epitelium terbilas oleh air seni. Ciri populasi ini
berubah menurut variasi daur haid. Penghuni utama
vagina dewasa adalah laktobasilus yang toleran terhadap asam. Bakteri ini mengubah glikogen yang dihasilkan epi telium vagina, da n di
dalam proses tesebut menghasilkan asam. Penumpukan glikogen pada dinding vagina disebakan oleh kegiatan indung telur; hal ini tidak dijumpai sebelum masa
akil balig ataupun setelah menopause (mati haid). Sebagai
akibat perombakan glikogen, maka pH di dalam vagina terpelihara pada sekitar
4.4 sampai 4,6.
Mikrooganisme
yang mampu berkembang baik pada pH rendah ini dijumpai di dalam vagina dan
mencakup enterokokus, Candida albicans , dan sejumlah besar bakteri anaerobik. Sistem urinari
dan genital secara anatomis terletak berdekatan, suatu penyakit yang menginfeksi satu sistem akan mempengaruhi siste m yang lain khususnya pada
laki-laki. Saluran urin bagian atas dan kantong urine steril dalam keadaan
normal. Saluran uretra mengandung mikroorganisme seperti Streptococcus,
Bacteriodes, Mycobacterium, Neisseria dan enterik. Sebagian besar
mikroorganisme yang ditemukan pada urin merupakan kontaminasi dari flora normal
yang terdapat pada kulit. Keberadaan bakteri dalam urine belum dapat
disimpulkan sebagai penyakit saluran urine kecuali jumlah mikroorganisme di
dalam urine melebihi 105 sel/ml (universitasmuhammadiyahyogyakarta.ac.id).
9. Mata (Konjungtiva) dan Telinga
Add caption |
Mikroorganisme konjungtiva terutama adalah difteroid (Coynebacterium xerosis), S.epidermidis dan streptokukus non hemolitik. Neiseria dan basil gram negatif yang menyerupai spesies Haemophilus (Moraxella) seringkali juga ada. Flora
konjungtiva dalam keadaan normal dikendalikan oleh aliran air mata, yang mengandung
lisozim.
Add caption |
Flora liang telinga luar biasanya merupakan gambaran flora kulit. Dapat
dijumpai Streptococcus pneumonia, batang gram negatif termasuk
Pseudomonasaeruginosa, Staphylococcus
aureusdan kadang-kadang Mycobacterias aprofit. Telinga bagian tengah dan
dalam biasanya steril.
10. Bakteri di Darah dan jaringan
Pada keadaan
normal darah dan jaringan adalah steril. Kadangkadang karena manipulasi
sederhana seperti mengunyah, menyikat gigi, ekstraksi gigi, flora komensal dari
mulut dapat masuk ke jaringan atau darah. Dalam keadaan normal mikroorganisme
tersebut segera dimusnahkan oleh sistem kekebalan tubuh. Hal seperti itu dapat terjadi pula dengan flora faring, saluran cerna dan
saluran kemih. Pada keadaan abnormal seperti
adanya katup jantung abnormal, atau protesa lain, bakteremia di atas dapat
mengarah pada pembentukan koloni dan infeksi.
3. Peran Flora
Normal Tubuh Manusia
Mikroorganisme yang secara tetap
terdapat pada permukaan tubuh bersifat komensal. Pertumbuhan pada bagian tubuh
tertentu bergantung pada faktor-faktor biologis seperti suhu, kelembapan dan
tidak adanya nutrisi tertentu serta zat-zat penghambat. Keberadaan flora
tersebut tidak mutlak dibutuhkan untuk kehidupan karena hewan yang dibebaskan
(steril) dari flora tersebut, tetap bisa hidup.
Flora yang hidup di bagian tubuh
tertentu pada manusia mempunyai peran penting dalam mempertahankan kesehatan
dan hidup secara normal. Beberapa anggota flora tetap di saluran pencernaan
mensintesis vitamin K dan penyerapan berbagai zat makanan. Flora yang menetap
diselaput lendir (mukosa) dan kulit dapat mencegah kolonialisasi oleh bakteri
patogen dan mencegah penyakit akibat gangguan bakteri. Mekanisme gangguan ini
tidak jelas. Mungkin melalui kompetisi pada reseptor atau tempat pengikatan
pada sel penjamu, kompetisi untuk zat makanan, penghambatan oleh produk
metabolik atau racun, penghambatan oleh zat antibiotik atau bakteriosin (bacteriocins).
Selain itu, diperkirakan bahwa stimulasi antigenik dilepaskan oleh flora adalah
penting untuk perkembangan sistem kekebalan tubuh normal.
Sebaliknya, flora normal juga dapat
menimbulkan penyakit pada kondisi tertentu. Berbagai organisme ini tidak bisa
tembus (non-invasive) karena hambatan-hambatan yang diperankan oleh
lingkungan. Jika hambatan dari lingkungan dihilangkan dan masuk le dalam aliran
darah atau jaringan, organisme ini mungkin menjadi patogen.
Spesies Bacteroides merupakan flora
tetap yang paling sering dijumpai di usus besar dan tidak membahayakan pada
tempat tersebut. Tetapi jika masuk ke rongga peritoneum atau jaringan panggul
bersama dengan bakteri lain akibat trauma, mereka menyebabkan supurasi dan
bakterimia. Terdapat banyak contoh tetapi yang penting adalah flora normal
tidak berbahaya dan dapat bermanfaat bagi tubuh inang pada tempat yang seharusnya
atau tidak ada kelainan yang menyertainya. Mereka dapat menimbulkan penyakit
jika berada pada lokasi yang asing dalam jumlah banyak dan jika terdapat
faktor-faktor predisposisi.
Streptococcus viridians,
bakteri yang tersering ditemukan di saluran nafas atas, bila masuk ke aliran
darah setelah ekstraksi gigi atau tonsilektomi dapat sampai ke katup jantung
yang abnormal dan mengakibat kan subacute bacterial endocarditis. Bacteroides
yang normal terdapat di kolon dapat menyebabkan peritonitis mengikuti suatu
trauma Spesies Bacteroides merupakan flora tetap yang paling sering dijumpai di
usus besar dan tidak membahayakan pada tempat tersebut. Tetapi jika masuk ke
rongga peritoneum atau jaringan panggul bersama dengan bakteri lain akibat
trauma, mereka menyebabkan supurasi dan bakterimia. Terdapat banyak contoh
tetapi yang penting adalah flora normal tidak berbahaya dan dapat
bermanfaat bagi tubuh inang pada tempat yang seharusnya atau tidak ada kelainan
yang menyertainya. Mereka dapat menimbulkan penyakit jika berada pada lokasi
yang asing dalam jumlah banyak dan jika terdapat faktor-faktor predisposisi.
4. Jalan Masuk Mikroorganisme
Ke Tubuh Inang
Mikroorganisme
patogen dapat memasuki tubuh inang melalui berbagai macam jalan, misalnya
melalui membran mukosa, kulit, ataupun rute parental. Banyak bakteri dan virus
memiliki akses memasuki tubuh inang melalui membran mukosa saluran pernafasan,
gastrointestinal, saluran genitourinari, konjungtiva, serta membran penting
yang menutupi bola mata dan kelopak mata.
a) Saluran
pernafasan
Saluran pernafasan merupakan jalan termudah bagi
mikroorganisme infeksius. Mikroorganisme terhirup melalui hidung atau mulut
dalam bentuk partikel debu. Penyakit yang muncul umumnya adalah pneumonia,
campak, tuberkulosis, dan cacar air.
b) Saluran
pencernaan
Mikroorganisme dapat memasuki saluran pencernaan
melalui bahan makanan atau minuman dan melalui jari tangan yang terkontaminasi
mikroorganisme patogen. Mayoritas mikroorganisme tersebut akan dihancurkan oleh
asam klorida (HCL) dan enzim-enzim di lambung, atau oleh empedu dan enzim di
usus halus. Mikatroorganisme yang berahan dapat menimbulkan penyakit. Misalnya
demam tifoid, disentri amoeba, hepatitis A, dan kolera. Patogen ini selanjutnya
dikeluarkan melalui feses dan dapat ditransmisikan ke inang lainnya melalui
air, makanan, atau jari-jari tangan yang terkontaminasi.
c) Kulit
Kulit sangat penting sebagai pertahanan terhadap
penyakit. Kulit yang tidak mengalami perlukaan tidak dapat dipenetrasi oleh
mayoritas mikroorganisme. Beberapa mikroorganisme memasuki tubuh melalui daerah
terbuka pada kulit, folikel rambut, maupun kantung kelenjar keringat.
Mikroorganisme lain memasuki tubuh inang pada saat berada di jaringan bawah
kulit atau melalui penetrasi atau perlukaan membran mukosa. Rute ini disebut
rute perenteral. Suntikan, gigitan, potongan, luka, atau pembedahan dapat
membuka rute infeksi parenteral.
d) Rongga
mulut
Pada permukaan rongga mulut
terdapat banyak koloni mikroorganisme. Salah satu penyakit yang umum pada
rongga mulut akibat kolonisasi mikroorganisme adalah karies gigi. Karies gigi
diawali akibat pertumbuhan Streptococcus mutans dan spesies Streptococcus
lainnya pada permukaan gigi. Hasil fermentasi metabolism menghidrolisis
sukrosa menjadi komponen monosakarida, fruktosa, dan glukosa. Enzim
glukosiltransferasi selanjutnya merakit glukosa menjadi dekstran. Residu
fruktosa adalah gula utama yang difermentasi menjadi asam laktat. Akumulasi
bateri dan dekstran menempel pada permukaan gigi dam membentuk plak gigi.
Populasi bakteri plak didominasi
oleh Streptococcus dan anggota Actinomyces. Karena plak
sangat tidak permeabelm terhadap saliva, maka asam laktat yang diproduksi oleh
bakteri tidak dilarutkan atau dinetralisasi dan secara perlahan akanmelunakkan
enamel gigitepat plak tersebut melekat.
5. Interaksi Antara Flora
Normal dengan Inangnya
Pada kenyataannya, tidak banyak
yang diketahui tentang sifat hubungan antara manusia dan flora normal mereka,
tetapi mereka dianggap sebagai interaksi dinamis daripada saling asosiasi
ketidak pedulian. Baik host dan bakteri berpikir untuk memperoleh manfaat dari
satu sama lain, dan asosiasi, untuk sebagian besar, mutualistik. Flora normal
berasal dari host mereka pasokan nutrisi, lingkungan yang stabil, perlindungan
dan transportasi. Host memperoleh dari flora normal tertentu manfaat nutrisi
dan pencernaan, stimulasi dari kegiatan pembangunan dan sistem imun, dan
perlindungan melawan kolonisasi dan infeksi oleh mikroba patogen.
Sementara sebagian besar
kegiatan manfaat flora normal tuan rumah mereka, sebagian dari flora normal
adalah parasit (hidup di atas biaya tuan rumah mereka), dan beberapa bersifat
patogen (mampu menghasilkan penyakit). Penyakit yang dihasilkan oleh flora
normal di tuan rumah mereka dapat disebut penyakit endogen. Kebanyakan endogen
bakteri penyakit infeksi oportunistik, yang berarti bahwa organisme harus
diberi kesempatan khusus kelemahan atau membiarkan-down dalam pertahanan host
untuk menginfeksi . Contoh dari infeksi oportunistik bronkitis kronis pada
perokok dimana bakteri flora normal dapat menyerang paru-paru melemah.
Kadang-kadang hubungan antara
anggota flora normal yang inangnya tidak dapat diuraikan. Seperti hubungan
dimana tidak ada manfaat jelas atau membahayakan organisme baik selama hubungan
mereka disebut sebagai hubungan teman semakan. Banyak flora normal yang tidak
dominan dalam habitat mereka, walaupun selalu hadir dalam jumlah yang rendah,
dianggap sebagai teman semakan bakteri. Namun, jika dugaan hubungan teman
semakan mempelajari secara mendetail, parasit atau karakteristik mutualistic
sering muncul
Jaringan kekhususan Sebagian
besar anggota flora bakteri normal lebih memilih untuk menjajah jaringan
tertentu dan bukan yang lain. Ini “kekhususan jaringan” biasanya disebabkan
oleh sifat-sifat baik dari tuan rumah dan bakteri. Biasanya, bakteri spesifik
menjajah jaringan tertentu oleh satu atau lain mekanisme ini.
1. Tissue tropism
Tissue tropism adalah
bakteri preferensi atau kesukaan untuk jaringan tertentu untuk pertumbuhan.
Salah satu penjelasan untuk jaringan tropism adalah bahwa tuan rumah
menyediakan nutrisi penting dan faktor pertumbuhan bakteri, selain cocok
oksigen, pH, dan suhu untuk pertumbuhan. Lactobacillus acidophilus, informal
dikenal sebagai “Doderlein’s bacillus” colonizes vagina karena dihasilkan
glikogen yang menyediakan bakteri dengan sumber gula yang mereka memfermentasi
untuk asam laktat.
2. Spesifik kepatuhan
Kebanyakan bakteri dapat
menjajah suatu jaringan atau situs tertentu karena mereka dapat mematuhi bahwa
situs dalam jaringan atau cara tertentu yang melibatkan interaksi kimia yang
saling melengkapi antara dua permukaan. Khusus biokimia kepatuhan melibatkan
interaksi antara komponen permukaan bakteri (ligan atau adhesins) dan molekul
reseptor sel inang. Komponen bakteri yang menyediakan molekul adhesins adalah
bagian dari kapsul mereka, fimbriae, atau dinding sel. Reseptor pada sel
manusia atau jaringan molekul glikoprotein biasanya terletak pada host
permukaan sel atau jaringan.
Khusus kepatuhan melibatkan
interaksi kimia yang saling
melengkapi antara sel inang atau jaringan permukaan dan permukaan
bakteri. Dalam bahasa medis mikrobiologi, bakteri “adhesin” melekat kovalen
ke host “reseptor” sehingga bakteri “dermaga” itu sendiri pada host
permukaan. Adhesins dari sel-sel bakteri adalah komponen kimia kapsul,
dinding sel, pilus atau fimbriae. Host reseptor glikoprotein biasanya terletak
pada membran sel atau jaringan permukaan. Beberapa contoh situs adhesins dan lampiran khusus digunakan untuk ketaatan pada jaringan manusia dijelaskan dalam tabel di bawah ini.
melengkapi antara sel inang atau jaringan permukaan dan permukaan
bakteri. Dalam bahasa medis mikrobiologi, bakteri “adhesin” melekat kovalen
ke host “reseptor” sehingga bakteri “dermaga” itu sendiri pada host
permukaan. Adhesins dari sel-sel bakteri adalah komponen kimia kapsul,
dinding sel, pilus atau fimbriae. Host reseptor glikoprotein biasanya terletak
pada membran sel atau jaringan permukaan. Beberapa contoh situs adhesins dan lampiran khusus digunakan untuk ketaatan pada jaringan manusia dijelaskan dalam tabel di bawah ini.
3. Biofilm pembentukan.
Beberapa bakteri asli mampu
membangun biofilm pada permukaan jaringan, atau mereka mampu menjajah sebuah
biofilm dibangun oleh spesies bakteri lain. Banyak biofilm adalah campuran
mikroba, walaupun salah satu anggota bertanggung jawab untuk menjaga dan
biofilm dapat mendominasi. Biofilm biasanya terjadi ketika salah satu spesies
bakteri atase khusus atau non spesifik ke permukaan, dan kemudian mengeluarkan
lendir karbohidrat (exopolymer) yang imbeds menarik bakteri dan mikroba lain ke
biofilm untuk perlindungan atau keuntungan nutrisi.
Biofilm klasik yang melibatkan
komponen flora normal rongga mulut adalah pembentukan plak gigi pada gigi. Plak
adalah biofilm dibangun secara alami, di mana konsorsium bakteri dapat mencapai
ketebalan 300-500 sel pada permukaan gigi. Ini subjek akumulasi gigi dan
jaringan gingiva konsentrasi tinggi metabolit bakteri, yang mengakibatkan
penyakit gigi .
Permukaan kulit itu sendiri
terdiri dari beberapa lingkungan yang berbeda. Bidang seperti aksila (ketiak),
perineum (pangkal paha) dan ujung jaring biasanya menyediakan daerah lembab
untuk pertumbuhan bakteri. Ini “hutan tropis” sering lingkungan pelabuhan
terbesar di antara keanekaragaman flora kulit. Khas organisme meliputi Staphylococcus
aureus, Corynebacterium dan beberapa bakteri Gram-negatif. Sebagian besar
permukaan kulit manusia, bagaimanapun, adalah jauh lebih kering dan ini
sebagian besar dihuni oleh Staphylococcus epidermidis dan Propionobacterium.
Streptococcus mendominasi
dalam rongga mulut dan nasofaringeal daerah tetapi juga dapat menemukan Anaerob
lain dan spesiesNeisseria. Banyak potensi patogen juga dapat ditemukan di
nasofaring individu yang sehat, menyediakan reservoir untuk infeksi lain.
Patogen ini termasuk Streptococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis dan
Haemophilus influenzae.
Saluran pencernaan adalah
lingkungan yang agak memusuhi bagi mikroorganisme namun sebagian besar flora
normal kita mendiami wilayah ini dari tubuh. Bahkan, usus mungkin mengandung 109
untuk 1011 bakteri per gram bahan. Sebagian besar (95 – 99,9%) diantaranya
Anaerob, diwakili oleh Bacteroides, Bifidobacterium, streptokokus anaerob dan
Clostridium. Organisme ini menghambat pertumbuhan patogen lain, tetapi
beberapa dapat oportunistik (misalnya C. difficile dapat menghasilkan
pseudomembranosa kolitis). Urogenital. Saluran urogenital biasanya steril
dengan pengecualian vagina dan distal 1 cm dari uretra. Berbagai anggota dari
genusLactobaci ll us menonjol dalam vagina. Organisme ini umumnya lebih rendah
pH sekitar 4-5, yang optimal untuk lactobacilli tetapi penghambatan untuk
pertumbuhan bakteri lainnya. Hilangnya efek perlindungan ini oleh terapi
antibiotik dapat menyebabkan infeksi olehCandida ( “ragi infeksi”). Uretra
sebagian besar kulit dapat mengandung mikroorganisme termasuk Staphylococci,
Streptokokus dan Diphtheroid.
Mikroorganisme tidak saja
terdapat dan hidup di lingkungan, akan tetapi juga di tubuh manusia. Tubuh
manusia tidaklah steril atau bebas dari mikroorganisme, begitu manusia
dilahirkan ia langsung berhubungan dengan mikroorganisme. Mikroorganisme yang
secara alamiah terdapat di tubuh manusia disebut flora normal atau mikrobiota.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Mikroflora Normal pada Manusia
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://ilhammaulana24.blogspot.com/2013/04/mikroflora-normal-pada-manusia_3.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
2 komentar:
maaf min, sy sedang proses penyusunan karya tulis ilmiah, sy butuh bantuan admin untuk masalah referensi materi. bisa sy minta alamat email admin ?
materinya bagus kk,, ijin copy yaa
Posting Komentar